7 Upacara Adat Minangkabau yang Masih Lestari hingga Kini
Seniusaha.com – Suku Minang merupakan suku yang masih menjunjung tinggi adat dan tradisi. Ada beberapa upacara adat Minangkabau yang hingga kini masih lestari.
Seperti yang kita tahu, Indonesia tersusun atas suku, budaya, tradisi, agama, dan adat istiadat yang beragam. Salah satu suku dengan jumlah populasi terbanyak di Indonesia hadir dari Minangkabau atau Minang.
Upacara Adat Minangkabau yang Masih Lestari hingga Kini
Secara geografis, suku Minang tinggal di wilayah Sumatera Barat. Kawasan tersebut mencakup bagian utara Bengkulu, pesisir barat Sumatera Utara, barat daya Aceh, setengah daratan Riau, dan Negeri Sembilan di Malaysia.
Seiring berjalannya waktu, banyak keturunan Minang yang kemudian hijrah ke berbagai pulau di Tanah Air, salah satunya Jawa. Kendati begitu, budaya peninggalan nenek moyang masih kental dan melekat dalam kehidupan.
Terkenal dengan sifat menjunjung adat istiadat yang tinggi, berikut adalah beberapa upacara tradisi suku Minang yang ada hingga saat ini.
Tabuik
Tradisi yang juga populer dengan sebutan hari Asyura ini datang untuk pertama kalinya pada tahun 1831. Tabuik ini dikenalkan oleh tentara asal India, Tamil.
Makna dari Tabuik sebenarnya adalah pengusungan jenazah. Proses upacara adat Minangkabau satu ini umumnya digelar satu minggu lamanya.
Pada puncak perayaan atau disebut “Hoyak Tabuik” pelaksanaannya tepat pada tanggal 10 Muharram di Pariaman setiap tahunnya.
Mulanya, upacara Tabuik merupakan adat Syi’ah. Akan tetapi, sejalan dengan berubahnya waktu, penganut Sunni turut andil dalam pagelaran adat Tabuik ini.
Acara ini dari upacara ini adalah peringatan hari Asyura yang dilakukan di Pariaman. Arak-arakan tabuik bertingkat anak dibawa ke pelabuhan dan digulirkan ke laut lepas.
Suku Minang menganggap penting upacara Tabuik untuk menghormati keluarga Nabi Muhammad SAW. Tepatnya sebagai bentuk penghormatan wafatnya Husein bin Ali, cucu Nabi.
Batagak Panghulu
Batagak Panghulu adalah upacara adat Minangkabau sebagai tanda peresmian atau pengangkatan seorang datuk menjadi penghulu. Penghulu di sini adalah pemimpin kaum, pembimbing anak-kemenakan, maupun ninik mamak di nagarinya.
Menjadi penghulu di suku Minang harus berpedoman pada “Maangkek rajo, sakato alam, maangkek penghulu sakato kaum“. Artinya pengangkatan penghulu dimulai dari mufakat kamu, lalu dibawa masalahnya ke kampung dan tingkat suku, terakhir dibawa ke Kerapatan Adat Negeri.
Upacara adat peresmian pengangkatan penghulu dinamakan malewakan gala. Pada upacara ini sesepuh Minang akan menyampaikan pidato, lalu sesepuh memasangkan deta dan sebilah keris ke penghulu baru.
Kedua hal tersebut adalah pertanda serah terima jabatan penghulu. Terakhir, penghulu baru akan diambil sumpahnya.
Pacu Jawi
Upacara adat Minangkabau yang masih lestari hingga sekarang ini ada Pacu Jawi. Pacu jawi tidak jauh berbeda dengan karapan sapi di Madura.
Di Ranah Minang, pacu jawi dilaksanakan di atas sawah berlumpur. Peserta dari tradisi khas Minangkabau ini adalah sapi berpasangan dengan seorang joki.
Uniknya, sang joki menggigit ekor jawinya untuk mempercepat pelarian mereka. Tradisi tahunan ini diselenggarakan selama empat minggu di empat kecamatan berbeda di Tanah Datar.
Pacu Itiak
Tradisi yang muncul bersamaan dengan lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928 ini berasal dari daerah Limapuluh Kota dan Payakumbuh, Sumatera Barat. Pelaksanaan festival Pacu Itiak atau Paci Bebek berada di 11 lokasi berbeda di antara dua kota tersebut.
Acaranya adalah dari garis start, para peserta Pacu Itiak melemparkan itik betina berusia 4-6 bulan. Jarak tempuh masing-masing itik dalam menuju finish beragam.
Ada yang hanya menempuh lintasan 800 m. Bahkan ada juga yang berhasil terbang sepanjang 2.000 m.
Batagak Kudo-Kudo
Batagak Kudo-Kudo atau Batagak Rumah adalah upacara adat Minangkabau ketika ada yang mendirikan rumah. Dalam masyarakat Minangkabau, ruang-ruang yang ada dalam rumah gadang sengaja dibuat terbuka kecuali kamar.
Batagak Rumah ini menjadi upacara sebelum masyarakat membangun rumah dan sebagai wujud gotong royong sesama suku. Tradisi ini bertujuan supaya calong penghuni rumah senantiasa mendapat kesejahteraan selama tinggal di dalamnya.
Kata Gadang dalam bahasa Minang sendiri artinya besar. Selaras dengan wujud rumah gadang menyerupai badan kapal yang membesar ke atas.
Tolak Bala (Bakaua)
Diadakan di daerah pertanian, upacara adat Minangkabau satu ini mengharuskan petani turun ke sawah untuk mulai menggarap. Di waktu tersebut, masyarakat Minang akan berjajar mengelilingi sawah sembari membakar kemenyan.
Mereka juga memanjatkan doa supaya jauh dari malapetaka. Sebagai jamuan, suku Minang akan menyembelih sapi.
Tradisi ini masih menjadi ritual rutin yang terlaksana di daerah Sijunjung, Tanah Datar, dan Solok.
Turun Mandi
Turun Mandi adalah upacara adat Minang dalam rangka ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT dan perayaan lahirnya bayi. Tujuan lain dari adanya upacara ini adalah untuk mengenalkan kepada masyarakat luar bahwa telah lahir keturunan baru dari sebuah keluarga.
Tradisi yang merupakan warisan turun temurun ini digelar pada usia 3 bulan semenjak kelahiran sang bayi.
Demikianlah beberapa upacara adat Minangkabau yang hingga saat ini masih kerap dilakukan. Pagelaran tradisi di Minangkabau tersebut tidak hanya bentuk pelestarian warisan nenek moyang saja, namun juga ajang menghidupkan budaya Tanah Air Indonesia.