KesenianSeni Budaya

Siraman Adat Sunda, Tradisi Masyarakat dalam Pernikahan

Karya Seni – Siraman adat Sunda menjadi salah satu tradisi kebudayaan masyarakat yang terletak di wilayah Jawa Barat. Umumnya siraman dilakukan di berbagai kesempatan seperti acara tunangan sampai pernikahan. Bahkan siraman juga menjadi salah satu warisan budaya yang ada di wilayah Indonesia. Masyarakat Sunda sampai saat ini masih melaksanakan upacara yang memiliki makna mendalam tersebut.

Siraman Adat Sunda yang Kaya Akan Nilai-Nilai Tradisional

Masyarakat Indonesia memang memiliki berbagai ragam seni budaya yang patut untuk dilestarikan. Bahkan di era modernisasi dan perkembangan zaman seperti saat ini sebagian besar masyarakat masih melestarikan warisan budaya. Salah satu budaya yang masih lestari sampai saat ini yaitu upacara siraman. Masyarakat Sunda saat ini masih melakukan siraman yang kaya akan nilai-nilai tradisional.

Siraman ini merupakan upacara yang dipercaya memiliki kekuatan untuk membersihkan dan menyegarkan jiwa. Tujuan utama dari upacara siraman yaitu untuk membersihkan pikiran dan tubuh. Selain itu juga untuk mendatangkan keberkahan kepada individu yang menjalankannya. Upacara siraman memiliki makna mendalam seperti sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur kepada leluhur dan alam semesta.

Siraman juga melambangkan proses pemurnian dan pembersihan jiwa dari semua dosa dan keburukan. Melalui siraman ini seseorang diharapkan memulai fase baru dalam kehidupan dengan pikiran yang jernih dan pikiran suci. Berikut ini merupakan beberapa tahapan dalam upacara siraman Sunda:

Ngecagkeun Aisan

Tahapan siraman adat Sunda yang pertama yaitu ngecagkeun aisan. Calon pengantin wanita keluar dari kamar secara simbolis diais (gendong) oleh ibu. Sedangkan Ayah berjalan di depannya dengan membawa lilin menuju tempat sungkeman. Tahapan ini memiliki makna bahwa orang tua bertanggung jawab pada anaknya.

Sedangkan sang ayah yang memegang lilin memiliki makna bahwa ayah yang bisa memberi penerang dalam keluarga. Setelah sampai di tempat sungkeman kain gendongan dilepas oleh ayah dengan makna menyerahkan tanggung jawab yang akan digantikan oleh calon pengantin pria.

Dipangkon

Setelah mempelai sampai di tempat sungkeman, langsung duduk di pangkuan kedua orang tua dengan makna kasih sayang orang tua kepada anak yang tidak terbatas. Setelah itu calon pengantin berlutut dengan menghadap ke orang tua dan menyatakan isi hati.

Ngaras

Dalam tahapan ngaras, calon pengantin mencuci kaki kedua orang tua yang memiliki makna berbakti terhadap orang tua. Setelah itu calon pengantin menyemprotkan minyak wangi ke kaki orang tua dengan makna bisa membawa harum nama keluarga di tempat manapun.

Pencampuran Air Siraman

Kedua orang tua calon mempelai mencampur air siraman dengan 7 macam bunga wangi di dalam wadah. Perlengkapan siraman yaitu menggunakan dua helai kain sarung, satu helai handuk, dua helai selendang batik, baju kebaya, payung besar, bondu melati, sampai lilin.

Ngabakan

Tahapan siraman adat Sunda selanjutnya calon pengantin mendapat bimbingan dari kedua orang tua ke tempat siraman sambil menginjak 7 helai kain. Kemudian siraman dimulai dari sang ibu, ayah lalu orang-orang pilihan lainnya seperti kerabat atau teman yang sudah menikah dan memiliki rumah tangga harmonis. Jumlah penyiram harus ganjil seperti 7 atau 9 orang dan paling banyak 11. Sebagai penutup siraman, calon pengantin harus tersiram air wudhu oleh ayah yang melambangkan tidak boleh meninggalkan ibadah.

Potong Rambut

Selanjutnya memasuki profesi potong rambut dengan lambang wanita akan memperindah diri lahir dan batin. Pada tahapan ini calon pengantin juga akan melakukan pencukuran bulu-bulu halus di wajah, kuduk, membentuk amis cau/sinom, sampai membuat godek, serta kembang turi.

Dulangan Pungkasan

Pada tahapan ini berawal dari pemotongan tumpeng lalu kedua orang tua memberikan suapan terakhir kepada calon pengantin sebanyak tiga kali. Proses ini memiliki makna orang tua melepaskan anaknya untuk hidup mandiri dengan keluarga yang baru.

Rebutan Parawanten

Penutup siraman sunda melakukan prosesi rebutan parawanten yaitu seluruh tamu yang datang berebut sesuatu yang berada dalam tanah seperti kacang-kacangan, ubi, sampai jagung yang direbus. Selain itu para tamu juga akan berebut keripik atau rengginang. Prosesi ini memiliki makna untuk mendoakan calon pengantin supaya memiliki rezeki yang lancar, cepat mendapatkan keturunan, dan mudah dalam menyelesaikan masalah rumah tangga.

Siraman adat Sunda memang memiliki makna mendalam dan juga berisi doa-doa untuk calon pengantin. Salah satu budaya tradisional masyarakat Sunda ini dilakukan dengan penuh hikmat menjelang pernikahan calon pengantin. Doa-doa melalui upacara siraman diharapkan terkabul untuk kebahagiaan pengantin.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Back to top button