Menyingkap Sejarah Seni Tari Indonesia Masa Kini
Pada dasarnya kesenian terdiri jadi dua, yaitu seni rupa serta seni atraksi. Seni tari adalah cabang seni yang terhitung dalam kelompok seni atraksi. Jadi negeri yang kaya keragaman tradisi, budaya serta kesenian, Indonesia mempunyai beberapa macam seni tari jadi deskripsi tradisi serta budaya masyarakatnya.
Seni tari adalah bentuk seni yang memakai gerak badan jadi alat berekspresi. Lebih detil tentang ini, baca artikel awalnya tentang Pemahaman, Jenis serta Peranan Seni Tari. Jadi simak kelanjutan artikelnya, pada kesempatan kali ini akan dituliskan tentang riwayat perubahan seni rupa di Indonesia dengan periodik.
Seperti dalam cabang kesenian lain, seni tari alami pergantian, baik peranan serta macamnya, dari jaman ke jaman. Walau benar-benar susah diyakinkan dengan benar kapan riwayat seni tari diawali, artikel ini coba menyediakan riwayat perubahan sejarah seni tari dari jaman ke jaman, dari mulai jaman pra-Hindu sampai sekarang.
-
Sejarah Seni Tari Jaman Pra-Hindu
Karya tari pada saat ini lebih digunakan untuk sampai arah tersendiri yang berbentuk magis serta sakral. Tari jadi ekspresi yang seringkali dikaitkan dengan kemampuan di luar diri manusia. Seni tari pra-Hindu memperoleh tempat sesuai tingkat keyakinan semenjak manusia hidup berkelompok.
Dalam soal ini, tarian dipandang seperti sisi dari daur lagi kehidupan. Atau dapat disebutkan masih meneruskan tata kehidupan budaya pra-sejarah. Beberapa ciri tarian pada jaman ini, salah satunya menyediakan gerak yang simpel, hentakan kaki serta tepok tangan yang condong menirukan gerak binatang serta alam.
Penyajian tari disertai oleh pengiring berbentuk nyanyian serta beberapa suara kuat bersuara tinggi. Masyarakatnya juga kenal alat musik berbentuk nekara (gendang perunggu). Selebihnya, juga diketahui aksesori untuk baju tari yang umumnya terbuat dari bulu-bulu burung serta dedaunan.
-
Sejarah Seni Tari Jaman Hindu
Pada jaman ini, kesenian semakin banyak dikuasai oleh peradaban serta kebudayaan dari India, tidak kecuali seni tari. Bersamaan dengan penebaran agama Hindu serta Buddha di Indonesia, seni tari alami perubahan yang benar-benar cepat, serta sudah mempunyai standarisasi atau dasar.
Natya Sastra karangan Bharata Murni adalah literatur seni tari pada saat itu. Buku itu menerangkan mengenai terdapatnya 64 motif gerak tangan mudra. Motif itu dibagi jadi tiga, salah satunya 24 motif yang tercipta dari satu tangan, 13 motif dari kedua tangan, dan 27 motif hasil kombinasi kedua motif tangan.
Oleh sebab skema pemerintahan pada jaman ini berupa kerajaan, karena itu lahirlah tari-tarian istana yang berkembang secara baik sebab mendapatkan perhatian langsung dari raja. Riwayat seni tari di waktu kerajaan Hindu diabadikan lewat beberapa peninggalan budaya berbentuk relief yang menghiasi candi-candi.
Beberapa ciri tari pada jaman Hindu, salah satunya : pergerakan tari mulai diatur dengan sunguh-sungguh, atraksi tari digunakan, dan besarnya perhatian beberapa penguasa pada seni tari. Diluar itu, topik yang diusung dalam tari mulai bermacam sebab banyak ambil topik dari narasi Mahabarata, Ramayana serta Panji.
Baca juga : Mengenal Kebudayaan Seni Tari indonesia
-
Sejarah Seni Tari Jaman Islam
Karya seni tari peninggalan jaman Hindu di Indonesia masih terpelihara secara baik. Serta sesudah masuknya Islam ke Indonesia, tari sangat berkembang dengan diikuti timbulnya bermacam variasi karya tari. Riwayat seni tari pada saat Islam di Indonesia sangat beragam yang tergantung pada dimana tarian terbentuk.
Jadi contoh, di Aceh serta di sejumlah wilayah Melayu seperti Riau, semasing mempunyai kekhasan tertentu walau masih mengangkat nuansa keIslaman. Lebih detil tentang riwayat seni tari di cakupan warga Aceh, baca artikel Tari Aceh, sedang untuk tarian Melayu dapat diawali dari membaca Riwayat Tari Zapin.
Di Pulau Jawa, seni tari berkembang dengan benar-benar baik, khususnya dilingkup dua keraton Mataram, Ngayogyakarta Hadiningrat serta Surakarta Hadiningrat. Sesudah kesepakatan Giyanti tahun 1755 jadi saksi dimana Keraton Mataram terdiri jadi dua, seterusnya ada kesepakatan Jatisari.
Pada kesepakatan Jatisari tahun 1756 ini dipastikan hari esok ke-2 kerajaan, terhitung dalam soal warisan budaya Mataram. Kasunanan Surakarta pilih meningkatkan apa yang telah ada. Selain itu, Kasultanan Yogyakarta pilih melestarikan adat yang ada, terutamanya tari classic. Baca Tari Yogyakarta.
-
Sejarah Seni Tari Jaman Penjajahan
Waktu penjajahan tidak demikian punya pengaruh pada seni tari di lingkungan istana. Di dua keraton Mataram, tarian masih terpelihara secara baik. Namun manfaatnya benar-benar hanya terbatas untuk kebutuhan upacara istana saja, seperti penyambutan tamu raja, perkawinan putri raja, pengukuhan putra-putri raja, serta jumenengan raja. Contoh dalam budaya Melayu, baca Tari Zapin Penyengat.
Lain di istana, lain dengan tarian yang berkembang di warga. Di golongan rakyat biasa tari cuma digunakan untuk hiburan saja. Khasnya, penderitaan rakyat karena penjajahan ikut jadi inspirasi untuk bikin karya seni bertopik kepahlawanan. Dalam seni tari, satu diantara misalnya ialah Tari Glipang, tari tradisionil Probolinggo, Jawa Timur.
Baca juga : Prinsip – Prinsip Dasar Seni Rupa
-
Sejarah Seni Tari Saat Kemerdekaan – Saat ini
Sesudah perubahannya banyak terganggu di waktu penjajahan, seni tari kembali tumbuh subur di waktu sesudah kemerdekaan. Bermacam type tari digunakan kembali, baik tari hiburan atau tarian upacara. Perubahan yang benar-benar cepat, khususnya berlangsung pada tarian jadi hiburan.
Banyak sekolah-sekolah seni dibangun, sampai makin banyak juga banyak muncul tari kerasi baru bersamaan jumlahnya koreografer-koreografer muda. Mereka selalu wujudkan pembaharuan nilai artistik serta bentuk tari jadi usaha meningkatkan daftar karya tari.