Wisata

Serba-serbi Wisata Religi Masjid Raya Sheikh Zayed Solo

Seniusaha.com – Masjid Raya Sheikh Zayed Solo merupakan sumbangan dari Persatuan Emirat Arab (PEA) kepada Indonesia, yang dibangun sebagai replika dari Sheikh Zayed Grand Mosque yang terletak di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Pembangunan masjid ini diprakarsai atas dasar persahabatan antara dua kepala negara.

Meskipun lebih kecil dari masjid aslinya di Abu Dhabi, masjid ini tetap menjadi salah satu landmark penting di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Diresmikan untuk umum pada tahun 2023 setelah dimulai pembangunannya sejak tahun 2022.

Direktur operasional masjid, Munajat, menyatakan bahwa pembangunan masjid ini adalah wujud dari hubungan baik antara Indonesia dan Uni Emirat Arab. Masjid ini menjadi pusat kegiatan keagamaan dan juga menjadi destinasi wisata religi bagi masyarakat setempat maupun wisatawan. Berikut ini serba-serbi mengenai masjid tersebut.

Masjid Raya Sheikh Zayed Solo

Fakta Mengenai Masjid Raya Sheikh Zayed Solo

Masjid Raya Sheikh Zayed telah menjadi tujuan wisata religi yang populer di kalangan pengunjung di Kota Solo. Keberadaannya memungkinkan para wisatawan untuk menikmati keindahan dan atmosfer masjid gaya Timur Tengah tanpa harus melakukan perjalanan jauh ke wilayah Timur Tengah itu sendiri.

Dengan arsitektur yang megah dan nuansa spiritual yang khas, masjid ini memberikan pengalaman yang mendalam bagi para pengunjung yang mencari kedamaian dan keindahan dalam suasana keagamaan. Kehadirannya juga menjadi salah satu daya tarik utama dalam memperkaya destinasi wisata religi di Kota Solo.

Sebagai Masjid Indonesia Rasa Timur Tengah

Beberapa imam dan muadzin di Masjid Raya Sheikh Zayed Solo berasal dari Uni Emirat Arab. Menurut pernyataan Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka, selama bulan Ramadhan, terdapat lima imam besar dari Uni Emirat Arab yang memimpin shalat berjamaah di masjid ini.

Untuk sholat Jumat pertama yang dilaksanakan di masjid tersebut, tokoh muadzin dan imamnya adalah Sheikh Dr. Ahmed Alkamali serta Sheikh Mohammed Moaad, yang turut memberikan kontribusi dalam pengembangan spiritualitas dan kegiatan keagamaan di Masjid Raya Sheikh Zayed Solo. Kehadiran mereka membawa nuansa dan pengalaman yang khas dalam pelaksanaan ibadah dan meriahnya kegiatan keagamaan di masjid tersebut.

Menggunakan Ornamen Kombinasi Timur Tengah dan Indonesia

Meskipun masjid ini terinspirasi dari arsitektur Masjid Sheikh Zayed Grand Mosque di Uni Emirat Arab, desainnya tetap menggabungkan nuansa lokal. Salah satu contohnya adalah penggunaan motif batik kawung pada pelataran serambi masjid, yang merupakan ciri khas budaya Jawa. Motif batik juga terlihat pada karpet lantai utama, yang dipadukan dengan desain geometris Arab di bagian tengahnya.

Meski begitu, gaya Timur Tengah tetap mendominasi dalam desain secara keseluruhan, karena arsitekturnya dibuat persis seperti Masjid Sheikh Zayed Grand Mosque di Abu Dhabi. Masjid ini memiliki empat menara setinggi 75 meter dan kubah besar dengan tinggi 65 meter pada bangunan utamanya, menciptakan kemegahan yang serupa dengan masjid aslinya di Uni Emirat Arab. 

Memiliki 606 Keran Wudhu

Masjid Raya Sheikh Zayed Solo ini mempunyai kran untuk wudhu dengan jumlah 606. Untuk area wudhu wanita, fasilitas tersebut berlokasi di basement, sementara untuk kaum pria, terdapat fasilitas wudhu baik di basement maupun di bagian selatan masjid yang berdekatan dengan kawasan parkir.

Lantai Marmer yang Berasal Dari Italia

Material lantai dan sebagian dinding masjid ini didatangkan langsung dari Italia. Marmer tersebut dikirimkan secara bertahap, dimulai dari kedatangannya ke Jakarta sebelum akhirnya diangkut melalui jalur darat menuju Solo setelah melalui proses fabrikasi

Bersebelahan dengan Gereja

Masjid Raya Sheikh Zayed Solo berlokasi di depan Gereja Sola Gratia yang terletak di Jalan Mentawai. Gereja Sola Gratia ini berada di seberang jalan, tepatnya di sebelah timur gapura utama masjid. Kedua bangunan ibadah ini menjadi simbol toleransi beragama yang kental di Kota Solo.

Paling Luas se-Jawa Tengah

Bangunan masjid tersebut berada di atas lahan seluas 26.581 meter persegi, sementara luas bangunan masjidnya sendiri mencapai 7.814 meter persegi. Bangunan masjid yang memiliki dua lantai ini dirancang untuk dapat menampung jamaah hingga 10.000 orang.

Sebagai Masjid Persahabatan

Masjid Raya Sheikh Zayed Solo adalah hadiah dari putra mahkota Uni Emirat Arab yaitu Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan terhadap Presiden Joko Widodo. Menjadi masjid persahabatan, Munajat pengurus masjid mengatakan konsep pengembangan masjid ini menekankan cross culture communication atau komunikasi lintas budaya.

Telah Dibuka untuk Umum

Pada tahun 2023 masjid ini sudah resmi dibuka untuk umum yang ditandai dengan sholat subuh secara berjamaah. Bahkan wakil presiden Indonesia Ma’ruf Amin juga ikut hadir. Imam shalat subuh berjamaah itu agama yang berasal dari Persatuan Emirat Arab Mohammed Moaad Al Mahri.

Lokasi Bekas Depo Pertamina

Masjid Zayed dibangun di atas tanah bekas depo Pertamina. Alamatnya sendiri di Jalan Ahmad Yani, Gilingan, Banjarsari. Biaya pembangunan tersebut hampir menghabiskan dana kurang lebih Rp.278 miliar  lengkap dengan berbagai fasilitas pendukungnya.

Tidak Menerima Sedekah atau Infaq

Bagi wisatawan atau jamaah yang berkunjung, masjid ini tidak menerima sedekah atau infaq dalam bentuk apapun. Salah satu tujuannya yaitu supaya jamaah atau wisatawan yang datang bisa lebih fokus untuk beribadah di masjid ikonik tersebut. Semua pembiayaan pemeliharaan masjid ini telah dibayar dari Uni Emirat Arab.

Masjid Raya Sheikh Zayed Solo adalah pilihan yang sempurna bagi wisatawan yang ingin menikmati pengalaman wisata religi yang berkesan. Selain menawarkan keindahan arsitektur yang megah, masjid ini juga menyediakan lingkungan yang tenang dan khusyuk untuk melakukan ibadah.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Back to top button